Membangun Wawasan Baru dan Jaringan Global: Mahasiswa S-3 Pendidikan Matematika Unesa Menjadi Presenter Asian Conference on Education & International Development (ACEID) di Tokyo Jepang
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendmatematika.pasca.unesa.ac.id/thumbnail/91882aad-5a87-4353-9b75-fe50e59f29d3.jpg)
Surabaya - Pada bulan Maret 2024 lalu, salah satu mahasiswa S-3 Pendidikan Matematika Unesa Kiki Henra, S.Pd., M.Pd. berkesempatan mengikuti konferensi internasional The 10th Asian Conference on Education & International Development (ACEID) yang diselenggarakan oleh IAFOR selama 5 hari di Tokyo, Jepang. Konferensi internasional tersebut membahas perkembangan terkini terkait konsep dan ide dalam bidang Pendidikan, salah satunya pada bidang Pendidikan matematika. Konferensi tersebut dihadiri 587 presenter dari berbagai delegasi diseluruh dunia mulai dari mahasiswa doktoral, peneliti, dosen, guru, dan para pakar praktisi bidang pendidikan. Indonesia sendiri memiliki 55 delegasi dalam konferensi tersebut salah satunya adalah Kiki Henra, S.Pd., M.Pd. dari mahasiswa S-3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendmatematika.pasca.unesa.ac.id/gallery/d6a4caf1-fcb8-4d69-abba-abe4a6dc19a7.jpg)
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendmatematika.pasca.unesa.ac.id/gallery/7a9ef2bb-aaf2-4d89-b0a2-710f15b66735.jpg)
Gambar. 1 Delegasi Indonesia di ACEID 2024
Artikel yang
diperesentesikan berjudul Unlocking Metacognitive Potential: A Journey
Through the Minds of Androgynous High School Students in Statistical
Problem-Solving yang merupakan bagian dari hasil penelitian disertasinya di bawah bimbingan Promotor Prof. Drs. I Ketut
Budayasa, Ph.D, dan Co-promotor Dr. Ismail, M.Pd. Artikel
tersebut membahas bagaimana
aktivitas metakognitif siswa Androgini dalam menyelesaikan masalah statistika
ditengah isu pandangan kontemporer masyarat Indonesia terhadap individu androgini dalam berbagai hal, khususnya
dalam bidang Pendidikan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan fleksibilitas kognitif siswa androgini yang lancar bertransisi menggunakan pendekatan
analitis dan intuitif berdasarkan karakteristik masalah, hal ini tergambar dari
pola aktivitas pengetahuan metakognitif dan regulasi metakognitif siswa androgini. Menurut Kiki Henra, diskusi panel
saat itu berlangsung menarik, karena ada 7 pertanyaan yang
diberikan saat itu, diantaranya rasa penasaran peserta
diskusi terkait pandangan kontemporer masyarakat Indonesia
dengan gender androgini sedangkan kemampuan metakognitif yang digambarkan ketika
menyelesaikan masalah matematika terlihat mampu membantu siswa androgini dalam
memecahkan masalah. Ada juga yang menanyakan kelanjutan penelitian ini secara luas untuk melihat
gambaran kuantifikasi dari data tersebut. Pertanyaan terkait prosedur analisis
kualitatif dengan Nvivo juga ditanyakan, dan pertanyaan yang paling sering
ditanyakan yakni terkait aktivitas
pengetahuan metakognitif siswa androgini. Artikel tersebut juga sudah diterbitkan di
Prosiding ACEID 2024 (https://doi.org/10.22492/issn.2189-101X.2024.22).
Gambar. 2 Momen presentasi artikel
Menurut Kiki Henra,
dalam kegiatan selama 5 hari terdiri dari beberapa sesi kegiatan yang sangat
menarik. Salah satu sesi yang paling berkesan baginya adalah presentasi keynote
speaker oleh Keith W. Miller, seorang Professor for Lifelong Learning in
the Sciences di University of Missouri-St Louis, Amerika Serikat, risetnya fokus pada Kecerdasan buatan (AI) yang
semakin maju menjadi sorotan. Saat ini terdapat ketertarikan yang sangat besar
dari masyarakat dan ilmuwan terhadap AI, dan sebagai akibatnya, terjadi ledakan
minat terhadap etika AI. Pembicaraan ini berfokus pada satu set aplikasi AI
yang dirancang untuk orang tua. Bagaiman orang tua bisa memahami dampak dari AI
beserta etika yang diperlukan dalam dunia Pendidikan. Termasuk presentasi dari Brendan
Howe, seorang Dekan dan Profesor Sekolah Pascasarjana Studi Internasional,
Ewha Womans University, Korea Selatan. Beliau membahas tentang Psikologi
sosial-politik dan rasa tidak aman manusia terhubung melalui othering dan
sekuritisasi. "Othering" melibatkan perlakuan tidak adil terhadap kelompok
lain (seperti minoritas, pengungsi, dan lawan politik), menyangkal hak dan
kesempatan yang sama dengan kelompok dalam (ingroup). Diskriminasi ini membuat
kelompok-kelompok ini merasa tidak aman. "Sekuritisasi" membawa hal ini lebih
jauh dengan menggambarkan kelompok-kelompok ini sebagai ancaman bagi bangsa,
budaya, atau cara hidup. Proses ini sering kali didorong oleh para pemimpin
politik yang ingin meraih kekuasaan dengan menciptakan ketakutan dan
perpecahan.
Secara internasional, hal ini merusak kerja sama dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, bantuan bencana, dan ketahanan pangan. Kebangkitan populisme yang tidak liberal telah mengintensifkan isu-isu ini, menantang tata kelola berbasis hak. Namun, ada gerakan tandingan di Asia Timur yang mempromosikan pro-hak asasi dan solidaritas. Pendidikan dan informasi yang akurat sangat penting untuk memerangi tantangan-tantangan ini, tetapi disinformasi tetap menjadi hambatan yang signifikan.
Menurut Kiki Henra, mengikuti konferensi internasional ini memberikan banyak manfaat bagi dirinya. Secara profesional, banyak mendapatkan pengetahuan baru tentang tren psikologi pendidikan dalam isu krisis global, pengetahuan ini berguna untuk mendukung pekerjaannya kedepan selaku Dosen di Prodi S-1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Bone. Selain itu, Kiki Henra mengungkapkan bahwa, dalam kesempatan itu juga menyempatkan diri menjalin networking dengan para profesional dari berbagai negara, yang membuka peluang kolaborasi di masa depan. Secara pribadi, pengalaman ini juga memperkaya wawasan budayanya, karena menurutnya Dia bisa merasakan langsung kehidupan di Tokyo dan berinteraksi dengan masyarakat Jepang. Kiki Henra sangat merekomendasikan bagi siapa pun mengambil kesempatan untuk mengikuti seminar atau konferensi internasional, karena manfaat yang diperoleh sangat besar.
Gambar. 4 Momen mengenal budaya Jepang